Diksi dan Seni Bahas
17,FEBRUARI,2023
PESERTA :
SUHARNO, M.Pd
KELAS KBMN PGRI :
28
PERTEMUAN :
18
HARI /
TANGGAL : JUM'AT / 17 FEBRUARI 2023
NARA
SUMBER : MAYDEARLY
TEMA : DIKSI
DAN SENI BAHASA
MODERATOR :
WIDYA AREMA
Salam Leterasi, sukses selalu
Belajar secara online
memang dibutuhkan kesabaran sekaligus keikhlasan. Siapa yang sabar pasti akan
pintar. Siapa yang ikhlas pasti tuntas. Belajar menulis harus dimulai dari diri
sendiri. Menjaga konsistensi dalam menulis bukanlah perkara mudah. Menulis
dalam kesibukan bukanlah perkara yang mudah dilakukan. Namun, berikanlah tugas
itu kepada orang yang sibuk. Sebab orang yang sibuk itu pandai mengelola waktu
dengan baik. Mereka sukses dalam hidupnya.
Omjay ucapkan selamat
belajar bersama. Jangan biarkan blog pribadi kita penuh dengan sarang
laba-laba. Jadikan blog sebagai media online untuk kita belajar menulis. Salam
Blogger Persahabatan. Omjay, Guru Blogger Indonesia. Blog
https://wijayalabs.com.
Sobat literasi yang luar
biasa, sebentar lagi kita akan kembali mereguk manisnya ilmu.
Izin mengunci grup
untuk sementara waktu.
Agar terhimpun hamparan
hikmah dari tutur narasumber hari ini yang luar biasa.
SAHABAT
Oleh : Widya Setianingsih
S ayap kami saling
menyangga
A rungi berdua gemerlap
letihnya dunia
H adirkan setiap warna
membungkam resah yang ada
A baikan setiap mata
munafik yang bersorak dalam duka
B iarkan tangan kami saling
tergenggam, menguatkan dalam balutan doa
A tau mentertawakan takdir
yang dengan seenaknya mengatur hilir mudik nestapa
T ak usah dengarkan mereka,
cukup bersamamu hatiku jauh dari gulana.
Puisi akrostik
Senja Mengukir Cinta
Oleh: Maydearly
Deru angin dalam semilir
Mengukir ruang resah
Tentang senja paling gulita
Yang membawa rasa untuk
dia.
Untuk rembulan dalam
temaram
Ku titipkan singasana cinta
Berceloteh tentang rindu
Yang bersembunyi dalam
diam.
Sunyi bertahta dalam gelap
Hampa riak suara, kelabu
Hanya menandu rindu
Dari cinta yang berselimut
dingin.
Rasa cinta yang tetap
terjaga
Bak bersanding dengan alam
Menjadi singgasana
keabadian
Membumi dengan lubuk paling
dalam.
Untuk dia, ku jaga rasa
Memeluk rindu seabad
Ku sampaikan dalam maya
Agar terukir cerita paling
menawan.
Menggugah rasa syahdu,
rindu yang berwarna-warni. Ada manis yang enggan ku lepas, ada rintik yang
enggan ku sudahi. Akhirnya hatiku memilih dia Sang Penjaga Hati. Hingga kini
jalinan rasa itu terpintal dalam riang dan sendu. Memadu dalam satu kata
SAHABAT
kutipan rayuan
Maydearly pada saya.
Aku menyerumu dalam maya,
merupa wajah dalam doa dan bismillah. Dengan cinta engkau mengubahku. Karena
cinta selalu bisa mengubah apa yang selama ini sulit dirubah.
Terimakasih selalu
menjagaku dalam doa, dibandingkan dengan cintamu bahkan semesta pun nampak
kerdil di pelupuku.
I Love You to the Moon and
Back
Maydearly
Kutersanjung...
Ihirrr... Akhirnya saya
jatuh cinta padanya🤭
Jika hati sudah siap untuk
bicara, tangan sudah lincah menari. Yuk kita mulai kelas malam ini.
Biasanya hujan, namun malam
ini matahari digantikan jutaan bintang dalam gelap yang memijarkan rindu.
Sahabat adalah kata sederhana yang acap kali merapal makna dalam jiwa. Pada
sahabat kerap kita terbangkan kepingan kisah yang tersusun rapi. Sahabat adalah
ia yang paling mengerti hati kita dalam lara nan pekat, meski kerap kita
tancapkan luka, sang sahabat akan membalas dengan seribu pelukan.
Terkadang dalam hidup ada
robekan paling tidak sopan yang menenggelamkan kita dalam tangisan, namun
seorang sahabat membawa kita tertatih berjalan dan mengambil sisa tawa untuk
masa depan. Menguatkan lewat doa dan menggenggam dengan Bismillah.
Gerimis itu masih kamu,
pelan-pelan membasahi dengan sejuk yang tak ingin kusudahi.
Lewat beranda virtual
engkau goreskan kata, menjadi sebuah warna. Meski ada sapa yang ku abaikan,
namun engkau perjuangkan hingga sang Tunas pun muncul, bunga semerbak
harum matang buah sedap nan ranum. Kau merawatnya, menyirami tanpa mengeluh,
memupuk dengan sabar hingga memanen sebuah benih bernama persahabatan.
Dalam sejarah bahasa,
Aristoteles – filsuf dan ilmuwan Yunani inilah yang memperkenalkan diksi
sebagai sarana menulis indah dan berbobot. Gagasannya itu ia sebut diksi puitis
yang ia tulis dalam Poetics– salah satu karyanya. Seseorang akan mampu menulis indah,
khususnya puisi, harus memiliki kekayaan yang melimpah: diksi puitis. Gagasan
Aristoteles dikembangkan fungsinya, bahwa diksi tidak hanya diperlukan bagi
penyair menulis puisi, tapi juga bagi para sastrawan yang menulis prosa dengan
berbagai genre-nya.
William Shakespeare dikenal
sebagai sastrawan yang sangat piawai dalam menyajikan diksi melalui naskah
drama. Ia menjadi mahaguru bagi siapa saja yang berminat menuliskan romantisme
dipadu tragedi. Diksi Shakespeare relevan untuk menulis karya yang bersifat
realita maupun metafora. Gaya penyajiannya sangat komunikatif, tak lekang
digilas zaman.
Mengapa
Diksi begitu penting dalam kajian sebuah bahasa?
Sebab banyak
keindahan atas sebuah kata yang tak tereja oleh bibir. Diksi bak pijar
bintang di angkasa yang menunjukan dirinya dengan kilauan, mempesona dan tak
membosankan.
Lantas, apakah begitu sulit
kita dalam berdiksi?
Honestly
I fell ashame membawakan materi tentang Diksi, karena saya bukan
ahli sastra, lebih tepat hanya sebagai penyuka diksi. Terkadang banyak penulis
yang merasa takut dalam memulai sebuah tulisan, terkadang lidah kita merasa
kelu untuk menulis sesuatu yang menakjubkan. Ada keraguan yang dibungkam
sebelum diterjemahkan dalam bahasa.
Apakah mungkin saya bisa
menulis sebuah bahasa yang indah?
Libatkan
5 macam panca indera kita.
1. Sense
of Touch adalah menulis dengan melibatkan indera peraba. indra peraba dapat
digunakan untuk memperinci dengan apik tekstur permukaan benda, atau apapun.
Penggunaan indra peraba ini sangat cocok untuk menggambarkan detail suatu
permukaan, gesekan, tentang apa yg kita rasakan pada kulit. Aplikasi indra
peraba ini juga sangat tepat digunakan untuk menggambarkan sesuatu yang tidak
terlihat, seperti angin misalnya. Atau, cocok juga diterapkan untuk sesuatu
yang kita rasakan dengan menyentuhnya, atau tidak dengan menyentuhnya.
Contoh:
Pada
pori-pori angin yang dingin, aku pernah mengeja rindu yang datang tanpa permisi
2. Sense
of Smell adalah menulis dengan melibatkan indra penciuman
hal ini akan membuat tulisan kita lebih beraroma. Tehnik ini akan lebih dahsyat
jika dipadukan dengan indra penglihatan.
Contoh:
Di
kepalaku wajahmu masih menjadi prasasti, dan aroma badanmu selalu ku gantungkan
dilangit harapan
3. Sense
of Taste adalah menulis dengan melibatkan indra perasa.
Merasakan setiap energi yang ada di sekitar kita. Penggunaan indra perasa
sangat ampuh untuk menggambarkan rasa suatu makanan, atau sesuatu yg tercecap
di lidah.
Contoh:
Ku kecup rasa pekat
secangkir kopi di tangan kananku, sembari ku genggam Hp tangan kiriku.
Telah terkubur dengan bijaksana, dirimu beserta centang biru, diriku bersama
centang satu.
4.
Sense of Sight adalah menulis dengan melibatkan indra penglihatan
memiliki Prinsip “show, don’t tell". Selalu ingat, dalam menulis, cobalah
menunjukkan kepada pembaca (dan tidak sekadar menceritakan semata). Buatlah
pembaca seolah-olah bisa “melihat” apa yang tengah kita ceritakan. Buat mereka
seolah bisa menonton dan membayangkannya. Prinsip utama dan manjur dalam
hal ini adalah DETAIL. Tulislah apa warnanya, bagaimana bentuknya, ukurannya,
umurnya, kondisinya.
Contoh
Derit daun pintu mencekik
udara ditengah keheningan, membuatku tersadar jika kamu hanya sebagai lamunan
5. Sense
of hearing adalah menulis dengan melibatkan energi yang kita dengar. Begitu
banyak suara di sekitar kita. Belajarlah untuk menangkapnya. Bagaimana?
Dengarlah, lalu tuliskan. Mungkin, inilah sebab mengapa banyak penulis sukses
yang kadang menanti hening untuk menulis. Bisa jadi mereka ingin menyimak
suara-suara. Sebuah tulisan yang ditulis dengan indra pendengaran akan terasa
lebih berbunyi, lebih bersuara. Selain itu, penulis juga bisa berkreasi dengan
membuat hal-hal yang biasanya tak terdengar menjadi terdengar.
Contoh
Derum kejahatan yang
mendekat terasa begitu kencang. Udara hening, tetapi terasa berat oleh jerit
keputusasaan yang dikumandangkan bebatuan, sebuah keputusan yang menghakimiku
untuk tak lagi merinduimu
Acap kali dalam menulis
kita hanya melibatkan otak kita sebagai muara untuk berpikir tanpa kita dengar,
tanpa kita rasa, tanpa kita raba, jika terkadang sesuatu di pelupuk mata bisa
menjadi rongga untuk mencumbu tulisan kita. Mengapa kita selalu melihat kursi
yang kita duduki dengan pandangan yang begitu sederhana? Sesekali buatlah ia
mempesona dan anggun.
Di atas kursi ini,
aku pernah memeluk ratapan bagaimana menungguimu dengan sebuah doa takdim.
Sahabat dalam suka, namun
kadang merobek jiwa. Tetap saja sahabat yang menanti dekapan erat saat tinta
dunia menggores tak terperikan. Sahabat relung hati terhampar luas saat aku
membutuhkan pundaknya. Tetaplah bercahaya dalam kegelapan. Wajahmu terkadang
siap menerkam, tapi sayangmu menghujam tajam.
Tampak wajah-wajah lugu
tanpa dosa di lorong asrama dengan lampu redup redam membawa kitab kuning di
pergelangan tangan.
Malam ini memancarkan
cahaya harapan. Sekian lama kelam tanpa aroma kasturi. Bau kemenyan dan dupa
berangsur menghilang. Sirna terhapus oleh hadirmu
Malam ini ku
tercenung
Membaca kalimat demi
kalimat yang mendayu menyejukkan hati.
Seakan tak kuasa beranjak
dari layar kasih penuh makna
Terimakasih sahabatku yang
telah memberi ilmu di malam syahdu ini
Memanah Bintang
Karya Rismalasari
Nun jauh di angkasa
Kelipmu goda hasrat diri
Tuk meraih mimpi
Bergumul dalam awan
pengharapan
Bertaruh waktu perjalanan
Nun jauh gemintang malam
Cahaya mu semu hadirkan
ragu
Tuk capai harapan
Berbagai rancangan
dibiaskan
Berbagi waktu terlenakan
Hadirmu laksana memanah
bintang
Jika telah lewat masa
Harapan pun kan hilang
Berganti pagi menjelang
Gelas kopiku kini hanyalah
sebentuk ruang hampa tanpa rasa semenjak kau tinggalkanaku sendiri dalam
kefanaan.
Ketika senja memeluk
malam dengan dekapan yang tak ingin terlepas. Ada naluri ingin berbagi kasih
yang tak mungkin tertunda lagi.
jari jemariku menari lentik
di atas hamparan huruf huruf yang berbaris, seakan - akan memberi irama pada
malam yang syahdu
Seorang wanita berbaju
merah menatap fokus layar laptop merahnya tanpa mempedulikan suara bising dari
iklan yang berteriak-teriak menjajakan dagangan. Rasa letih yang datang di
ujung telapak kakinya tak lagi terasa. Hanya keinginan segera menyelesaikan tugas
malam ini yang terpatri dalam pikiran. Sekelebat bau seduhan kopi hangat
terbayang dibenaknya. Ia pun berpaling sejenak untuk menyegarkan pikirannya
dengan seteguk pahit manis dari cangkirnya.
Rembulan malam ini enggan
bersinar
terlihat gelapnya kabut menutupi
cahayanya
Tapi aku terpesona
oleh senyum indahmu di
malam ini
yang terlihat olehku bagai
bulan purnama
Ketika jiwa terasa sepi
Seakan terbayang dirimu
dihadapnku
Ingin rasanya kupeluk kesah
dirimu
Tapi apa daya diriku
kepadamu
Hanya bisa kuratapi diriku
membangknmu
Kutatap mendung di mata
yang senantiasa teduh itu. Seolah awan bergelayut dan hampir saja meritik
deras. Ku dekati di yang terlihat galau berkaca. Ya. Muridku yang selalu ceria
kini berubah menimbulkan sejuta tanya.
Aku dan
Kamu
(Rosjida Ambawani)
Ku lihat lagi senyum
mataharimu
yang buatku terpaku beku
Ku rasakan hembus nafasmu
mengalirkan darah biru
rinduku
Ku dengar lembut suara
indahmu
menyadarkanku kau bukan
siapa-siapaku ...
Pink mewakili hatimu,
Yang merekah bak bunga yg
terselip ditelinga kembang desa
Bukan karena cinta mu yang
membara lalu padam oleh penatian jawaban.
Tapi, pink lambang
kebahagian yang engkau utarakan saat segala ucapan abis namun tak cukup
mewakilkan...
Pink warna indah
mengumumkan berapa engkau menebar pesona keindahan.
Pink adalah meydearly
Aku..
Berlayar dalam lautan ilmu
Berlabuh di samudera persahabatan
Berselancar di dunia Maya
yang punya banyak makan
Kini ku terpatri oleh
tulisan" bermakna oleh sang guru Diksi
Membawa angan ku ke negeri
langit yg berprestasi
Inikah
Cinta
Inikah arti cinta untukku
Kini aku menaruh harap
padamu
Meski itu hanya segenggam
Cukup bagiku meski
segenggam
Yang kan membuatku
tegak berdiri
Kini di usiaku yang sudah
menua
Tuk selalu bisa ada
di sisi buah hatiku
Luka yang kau tanam di hati
Meski jauh sudah ku kubur
Namun tega kau buka dan kau
torehkan kembali
Hingga terasa laksana kau
tabur garam di atas luka
Kau toreh luka di atas
lukaku
Ku harap segenggam itu
cinta tulus
Cukup bagiku tuk ku berani
manatap wajahmu
Walau sungguh berat ku
timbang rasa ini
Antara cinta, kasih dan
sayang atau benci
Ku balut lagi sekuat jiwa
Ku yakinkan lagi diriku
tentang kebersamaan
Ku kuatkan raga tuk mampu
menatapmu
Meski taburan luka seakan
memenuhi lahir batinku
Puisi yang bagus itu bukan
yang sulit difahami, tetapi memiliki pola arti dan tujuan. Setiap bait
mengandung simpulan. Diksi hanyalah sebuah pemanis untuk mempercantik sebuah
puisi. Yang lebih penting adalah ungkapkan rasa yang lebih tepat. Karena rasa
lahir dari hati ia tak pernah munafik, setelah rasa itu diutarakan, entah
bahagia atau emosi ia akan lahir dalam diksi yang natural.
Jika yang kita tulis adalah
karya ilmiah, tentu bahasa yang kita gunakan adalah bahasa Ilmiah. Bisa saja
sebuah karya ilmiah itu memiliki Diksi yang indah apabila karya ilmiah itu menyadur
sebuah tema Sastra. Emosi adalah bahasa hati. Biarkan ia mengalir luruh agar
sampai pada puncak nan elegan. Menulislah dengan hati yang jujur, karena
tulisan yang dicampuri oleh hati, maka ia akan sampai pada hati pembaca. Ketika
kita menulis, maka kita adalah seorang subjek yang memberi informasi. Apa yang
akan kita tulis itu yang akan dinikmati pembaca. Menulislah untuk didengarkan
pembaca, bukan menulis sesuai keinginan pembaca.
Diksi
adalah
Padanan kata, ketika kita
biasa menulis dengan bahasa sederhana, contoh 'mengucap' sesekali kita ganti
dengan 'merapal'. Lebih aneh, lebih terkesan dan lebih membuat penasaran
pembaca bukan ?
Ketika Diksi datang
berjuntai mengalungi pikiran kita, maka kita hanya perlu menyusun rapi dengan
apik.
Terimakasih
Ibu Nara Sumber MAYDEARLY dan MODERATOR
Ibu WIDYA AREMA luarbiasa semoga sangat bermanfaat untuk banyak orang orang.
Wassalam Salam Letersi
Semangat menulis!
BalasHapusMantap pak
BalasHapusKeren
BalasHapusLengkap